Eksistensi Batu Bersusun Dinamuden Tumalungtung, anugerah alam yang dibuat manusia

Erat Kaitan dengan Terjadinya Bencana Alam Banjir Besar

KALI KEDUA beritanusantara.co.id melakukan penelusuran budaya di Batu Bersusun (demikian diungkapkan nama) Selasa (13/03/2018), lokasi yang diyakini sebagai salah satu situs purbakala peninggalan kebudayaan bangsa Malesung yang terletak di sebutan Dinamuden Wanua Tumalungtung Kecamatan kauditan Minahasa Utara Sulut ini, sedikitnya mulai memuaskan rasa penasaran terhadap apa dan bagaimana batu yang disusun ini. 

Setelah sebelumnya disebutkan sebagai tempat kebaktian atau upacara adat Bangsa Malesung, ternyata setelah diberi kesempatan berkomunikasi secara astral dengan perwakilan leluhur Malesung, salah satu pengumpul batu. Disebutkan bangunan berbahan batu yang disusun ini, adalah tempat berkumpulnya komunitas bangsa Malesung jaman lampau, dan menjadikan tempat tersebut sebagai benteng perlindungan terhadap bencana alam banjir besar.

Penuturan Pieter Yohanes Luntungan atau Om Piet, batu bersusun ini berdasarkan pengaturan adat yang telah dilaksanakan beberapa tahun silam, disebutkan bahwa pembuat batu bersusun ini adalah nenek moyang Minahasa yang berasal dari jaman yang sangat tua, jauh sebelum zaman Waruga (Kuburan Batu-red). “Batu bersusun ini dibangun oleh nenek moyang Minahasa, sangat tua dari zaman Waruga,” tegas Piet.

Lokasi batu berususun yang dapat disebut sebagai benteng untuk perlindungan dari bencana alam banjir ini, membentang dari timur ke barat dan diduga sebagian besar telah tertimbun tanah.

“Penemuan lokasi batu susun ini juga erat dengan bencana banjir tahun 2000 silam, dimana jalan perkebunan desa Tumalungtung terputus dan oleh Hukum Tua waktu itu meminta saya untuk merintis kembali jalan perkebunan dan terbukalah akses Batu Susun ini. Walaupun sangat disayangkan belum ada perhatian pemerintah baik kabupaten Minut dan Sulut maupun pemerintah pusat untuk mengangkat situs batu Susun dengan mendatangkan arkeolog, saya yakin adalah sesatu yang sangat berharga disini,“ kata Om Piet Luntungan

Batu susun yang diperkirakan ribuan tahun umurnya, yang secara kasat mata merupakan batu yang telah melewati proses pengkatingan ini, memiliki berbagai ukuran yang memanjang, dengan bentuk segi empat dan enam dengan masing-masing memiliki beberapa lobang yang diduga sebagai tempat pengait yang juga terbuat dari batu. Proses pengkatingan batu tua yang terbilang sangat rapi sebab sisi-sisi batu dibuat licin dan rapi. Bahkan ada batu yang berbentuk cekung dengan lobang disalah satu sisinya. Bahkan batu berbentuk bulat diduga sebagai pengait batu masih ada dan dapat ditemukan.

Menariknya lagi, ternyata lokasi situs batu bersusun di Minahasa Utara yang berdekatan dengan jalur jalan Tol Manado Bitung, sudah pernah dikunjungi tim prorgam acara milik salah satu televisi siaran swasta nasional yang melakukan penelusuran lokasi yang memiliki daya astral atau beda dimensi. (meiyer)